Nusanews.co – Nabi Adam as. berwasiat kepada salah satu anak, yaitu Nabi Syits tentang lima hal (Lihat Kitab Mukasyafatul Qulub, Hal. 87) . Beliau menyuruh agar wasiat ini juga disampaikan pada cucu-cucunya kelak. Adapaun kelima wasiat tersebut adalah sebagai berikut :
Pertama , jangan merasa nyaman hidup di dunia. Karena dulu aku bersenang-senang di surga, tapi akhirnya aku dikeluarkan darinya.
Dalam artian, hidup di dunia jangan sampai terlena, Tapi juga jangan sampai merana. Dunia hanyalah senda gurau belaka. Dunia penuh tipu muslihat. Ia hanya panggung sandiwara. Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-Hadid (57) : 20,
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.”
Jadi, gunakanlah sebaik mungkin umur yang dimiliki. Jangan selalu merasa tenang atas dosa yang dilalukan, sekecil apa pun.
Kedua , jangan selalu ikuti keinginan istri kalian. karena mengikuti keinginan istriku dan memakan “buah khuld,” aku sampaipi penyesalan.
Baca Juga | Ini Perbedaan Antara Shaum Dan Shiyam Menurut Dalam Al – Quran Dan Para Ulama Serta Ulasannya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang tipu daya setan adalah lemah.
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطانِ كانَ ضَعِيفاً
“Sebenarnya tipu daya setan itu lemah.” (QS.an-Nisa:76)
Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid berkata: “Yakni tipu daya setan dan orang-orang kafir yang mengikutinya adalah lemah ketika konfrontasi pada pertolongan Allah untuk hamba-hamba-Nya yang beriman.”
Namun berbeda ketika Allah menyebutkan tipu daya wanita,
إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
“Sebenarnya tipuan daya wanita itu besar.” (QS.Yusuf:28)
Syaikh Prof.DR. Wahbah az-Zuhaili berkata; “Pelajaran dari ayat adalah tipu daya wanita itu besar dan memang seperti itu kenyataannya.”
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar berkata; “Tipu muslihat kalian itu sangat besar wahai wanita, yaitu sangat licik dan mempengaruhi jiwa.”
Banyak yang bisa selamat dan menghindari harta haram, judi, miras, narkoba, kebohongan, korupsi, membunuh, mencopet, bertengkar dan beragam maksiat lainnya. Namun sedikit sekali yang bisa selamat dari godaan dan fitnah wanita.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Hati-hati dengan fitnah dunia dan hati-hati dengan fitnah wanita, karena sesungguhnya fitnah pertama kali yang menimpa Bani Israil adalah wanita” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada fitnah wanita.” (HR.al-Bukhari)
Ketiga , sebelum bertindak, maka berpikirlah dengan matang-matang akibat yang ditimbulkan. Andaikata aku berpikir akibat kelakuanku, maka pastinya aku tidak akan ditimpa musibah ini (dikeluarkan dari surga). Artinya, sebelum melakukan sesuatu, kita harus memikirkan akibatnya terlebih dahulu. Jika itu baik, maka lanjutkan. Jika tidak, maka urungkan. Karena penyesalan pasti datang di kemudian hari. Baik dalam urusan yang sepele, apalagi yang gede.
Baca Juga | Rasulullah SAW Memiliki Sifat Suka menyimpan Harapan Yang Baik
Keempat , ketika hati kalian sangat cinta pada sesuatu (yang negatif), maka jauhilah. Karena ketika aku makan “buah khuldi”, hatiku memaksa untuk bersandar. Aku tidak mengabaikannya sehingga menyesal setelahnya. Artinya, jangan ikuti kata hati yang hanya menjerumuskan pada hal yang tidak diridloi oleh Allah Swt., atau yang disenangi oleh Rasulullah Saw., atau yang tidak direstui oleh Para Ulama.
Kelima , bermusyawarahlah dalam menentukan suatu perkara. Karena aku dulu tidak bermusyawarah terlebih dahulu dengan para malaikat sehingga aku ditimpa penyesalan. Artinya, mintalah pendapat orang lain terlebih dahulu sebelum memutuskan suatu perkara. Mintalah masukan atau saran dari keluarga, sahabat, guru, atau tokoh masyarakat. Baik dalam urusan yang nyata-nyata baik, apalagi yang masih samar. Allah SWT. berfirman dalam QS. Ali Imron (3):159,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْ ظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِر ْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى الل ّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau mengucap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhi diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
Dalam ayat tersebut, nabi kita saja, Nabi Muhammad Saw. Diperintahkan untuk bermusyawarah, apalagi kita umatnya yang memiliki serba kekurangan. Lebih patut lagi untuk bermusyawarah.
Oleh karena itu, resapi dan renungi wasiat Nabi Adam as. di atas. Lalu kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber : Kalam Ulama Aswaja